Bahwa
modalitas adalah cara termudah bagi kita untuk menyerap informasi. Kegiatan
belajar adalah kegiatan dalam rangka menyerap informasi. Meskipun kebanyakan
orang memiliki akses yang baik ke ketiga modalitas baik Visual-Auditorial
maupun Kinestetik, hampir semua orang cenderung pada salah satu modalitas
(Blander dan Grinder, 1981) yang berperan sebagai saringan untuk pembelajaran,
pemrosesan dan komunikasi.
Kita
telah memahami bahwa setiap orang, termasuk kita memiliki modalitas belajar dan
gaya belajar yang berbeda. Dalam praktik pembelajaran kita tidak diperkenankan
menggunakan gaya belajar sebagaimana
yang kita sukai. Bila ini kita paksakan, siswa yang berbeda kecenderungan dari
kita akan merasa dirugikan. Untuk itulah kita harus mengenali gaya belajar
siswa dan akhirnya bisa kita gunakan dalam proses mengajar.
Pada
umumnya jarang orang menggunakan satu macam gaya belajar, biasanya akan ada
kombinasi. Untuk itulah hendaknya kita mampu mengkombinasikan berbagai gaya
belajar. Bila kita perhatikan di dalam kelas, kita akan melihat kecenderungan
guru menggunakan satu cara dalam mengajar. Guru mengajar menggunakan media
papan tulis (visual), mengajar menggunakan buku (visual). Sementara siswa juga
belajar dengan buku (visual), mencatat (visual), mengerjkan tugas secara
tertulis (visual), dan mengerjakan tes juga secara tertulis (visual). Karena
hanya menggunakan satu gaya belajar, akhirnya timbullah beragam masalah yang
menyebabkan kurangnya motivasi dan aktivitas belajar siswa. Padahal anak
belajar melalui apa yang ia lihat, dengar, dan sentuh. Semakin mengenal baik
modalitas belajar, kita akan semakin mudah dan percaya diri dalam menguasai keterampilan
dan konsep-konsep hidup. Bagi guru yang ingin sukses di masa mendatang, sangat
penting untuk mengetahui apa yang ada di kepala murid-murid mereka. Perlu juga
mengetahui perlakuan apa yang mereka butuhkan. Pengetahuan guru tentang gaya
belajar akan membantu untuk menciptakan lingkungan belajar yeng multi inderawi
yang baik untuk kebutuhan hidup setiap siswanya. Dengan memanfaatkan konsep
keragaman dan menerima gaya belajar yang berbeda, para guru akan menjadi lebih
efektif dalam menentukan strategi-strategi pengajaran dan murid akan belajar
dengan lebih percaya diri dan lebih menikmati proses belajar mereka.
Data
hasil penelitian menunjukkan bahwa dengan memperhatikan modalitas belajar siswa
hasil belajar siswa akan lebih baik dibandingkan dengan ketika kita
membelajarkan siswa tanpa memperhatikan modalitas belajar. Hal tersebut terjadi
pada semua tingkatan dan semua mata pelajaran, bukan merupakan dominasi tingkat
sekolah tertentu serta mata pelajaran tertentu. Keadaan tersebut membuktikan
bahwa sebenarnya tidak ada anak yang bodoh, yang ada hanyalah anak yang belum
menemukan gaya belajar sesuai dengan modalitas yang dimilikinya, serta guru
yang kurang memperhatikan modalitas belajar siswa sehingga pembelajaran terasa
dipaksakan.
Sesuai
dengan gaya berpikir kita di mana ada dominasi otak kanan dan otak kiri, kita
perlu mengatahui di mana kecenderungan berpikir kita. Hal ini sangat penting
mengingat kecenderungan berpikir yang berhubungan dengan dominasi otak kanan
atau otak kiri akan sangat menentukan bagaimana kita belajar. Gaya mengajar
kita akan dipengaruhi oleh gaya belajar kita, sehingga dengan kita mengetahui
cara berpikir kita, kita dapat menentukan gaya mengajar yang sesuai untuk anak
didik kita. Kita perlu terus melatih cara berpikir kita sehingga akan
memperbaiki kualitas kinerja kita sebagai pendidik. Dengan memahami modalitas
belajar dan cara berpikir kita dan orang-orang di sekitar kita, akan lebih
mudah bagi kita para guru untuk memberikan layanan terbaik.
Penyusun :
Ariyati, S.Pd. (Kepala Sekolah SD Negeri Pucang)
0 komentar:
Posting Komentar