Upacara Bendera

Sebagai salah satu wujud dari Nasionalisme, SD Negeri Pucang selalu mengadakan upacara bendera setiap hari Senini dan pada saat memperingati hari besar Nasional

Guru dan Karyawan SD Negeri Pucang

Berikut ini adalah foto bersama dari Guru dan Karyawan SD Negeri Pucang

Tari Topeng Ireng SD Negeri Pucang

SD Negeri Pucang menggali potensi siswa dengan menyalurkan bakat para siswa melalui beberapa wadah, salah satunya adalah Tari Topeng Ireng

Situasi Belajar Siswa SD Negeri Pucang

Berikut ini adalah situasi belajar siswa SD Negeri Pucang yang dilaksanakan di kelas reguler

Dokter Kecil

Dokter kecil yang siap membantu teman-temannya di SD Negeri Pucang

Senin, 15 September 2014

SD Negeri Pucang Menuju Sekolah Organik

Mendengar istilah kampung organik tentunya sudah tidak asing lagi di era sekarang ini. Namun, seberapa seringkah kita mendengar istilah Sekolah Organik? Memang sudah ada beberapa sekolah yang sudah membudidayakan tanaman organik, namun belumlah banyak. Padahal kita semua tahu betapa bermanfaatnya jika kita dapat menanam sayuran sendiri meski dengan lahan yang minimalis. 
SD Pucang saat ini mulai menggalakkan pembudidayaan tanaman organik di sekolah. Pendidik melakukan sosialisasi kepada Peserta Didik tentang manfaat dari sayur mayur yang tidak menggunakan pestisida, dan bahaya yang dapat mengancam jika kita terlalu sering memakan sayuran yang terlalu banyak mengandung pestisida. Berawal dari sosialisasi itu, selanjutnya para siswa mulai dilibatkan untuk mulai mempraktikkan cara bercocok tanam dengan menggunakan media polibek. Antusiasme para siswa sangat tinggi ketika mereka diberi tanggung jawab untuk memasukkan tanah ke dalam polibek, menanam bibit sayur hingga menyiram tanaman tersebut.
Kegiatan yang mengarah kepada Sekolah Organik ini tidak hanya digalakkan selama sehari saja, namun ini akan menjadi sebuah agenda kegiatan yang berkesinambungan. Para peserta didik akan selalu diingatkan untuk selalu merawat tanamannya, hingga masa panen bersama tiba.






SD Negeri Pucang Peduli


Dalam rangka menumbuhkan empati warga sekolah terhadap saudara-saudara kita di beberapa daerah yang tengah dilanda bencana, SD Negeri Pucang Kecamatan Secang Kabupaten Magelang melaksanakan penggalangan dana yang dikemas dalam program “SD Negeri Pucang Peduli”. Program ini diluncurkan pada hari Senin tanggal 24 Februari 2014 dan berakhir tanggal 28 Februari 2014. Dewan guru  mengajak para siswa dan warga sekolah lainnya menyisishkan uang sakunya setiap hari selama lima hari tersebut. Seluruh dana yang terkumpul akan disumbangkan untuk korban bencana alam yang ada di Indonesia. Dana yang terkumpul sejumlah Rp 1.559.300,00 (Satu juta lima ratus lima puluh Sembilan ribu tiga ratus rupiah), telah disumbangkan kepada mereka yang membutuhkan melalui rekening Satu Untuk Negeri TVONE yaitu rekening BRI Nomor 0386-01000-715-302.
Selain kegiatan tersebut, dalam rangka menanggapi edaran dari UPT Disdikpora Kecamatan Secang Nomor 800/56/20.20.UPT/2014 tertanggal 3 Maret 2014,  menindaklanjuti surat Ketua Palang Merah Indonesia Kecamatan Secang Nomor: 02/ADM/II/52/24 tanggal 27 Februari 214, SD Negeri Pucang menghimpun sumbangan siswa berupa beras yang disalurkan melalui PMI Kabupaten Magelang dengan Programnya “Segenggam Beras Untuk Sahabat”. Beras yang terkumpul sebanyak 140 kg dan telah dikumpulkan di UPT Disdikpora Kecamatan Secang yang selanjutnya akan disalurkan ke PMI Kecamatan Secang Jl. Raya Secang Telp. (0293) 714240.
                Kegiatan serupa telah dilaksanakan di sekolah ini mulai tahun 2010. Maksud dari kegiatan ini adalah dalam rangka membentuk karakter warga sekolah untuk senantiasa peduli terhadap penderitaan saudara-saudara kita yang sedang ditimpa bencana. Seperti ketika Gunung Merapi meletus pada tahun 2010, sekolah ini menyumbangkan lima karung pakaian bekas pantas pakai, dan sembako yang disalurkan melalui Radio Fast FM yang kebetulan menghimpun sumbangan dari masyarakat untuk korban erupsi Gunung Merapi. Sebagian pakaian pantas pakai disampaikan langsung ke pos pengungsi yang ada di Sekolah Tinggi Teologi Blondo, Mungkid, Magelang.

                Ketika terjadi Banjir di Jakarta awal tahun  2013, SD Negeri Pucang juga menyalurkan dana sebesar Rp 510.000,00 (lima ratus sepuluh ribu rupiah) yang merupakan sumbangan dari siswa-siswi dan warga sekolah lainnya. Sumbangan tersebut juga disalurkan melalui rekening Satu Untuk Negeri TVONE. Dengan dilaksanakannya kegiatan tersebut diharapkan seluruh warga sekolah akan mempunyai kepedulian dan rasa empati yang tinggi terhadap penderitaan orang lain disekitarnya. Dampak yang diharapkan dari kegiatan tersebut adalah meningkatnya keimanan serta ketaqwaan seluruh warga sekolah, sesuai dengan visi SD Negeri Pucang yaitu: “Unggul Dalam Keimanan, Ketaqwaan, Kecerdasan, Keterampilan, Keluhuran Budi Pekerti, Berkarakter, dan Berprestasi 2015”.

Modalitas Belajar

       Bahwa modalitas adalah cara termudah bagi kita untuk menyerap informasi. Kegiatan belajar adalah kegiatan dalam rangka menyerap informasi. Meskipun kebanyakan orang memiliki akses yang baik ke ketiga modalitas baik Visual-Auditorial maupun Kinestetik, hampir semua orang cenderung pada salah satu modalitas (Blander dan Grinder, 1981) yang berperan sebagai saringan untuk pembelajaran, pemrosesan dan komunikasi.
       Kita telah memahami bahwa setiap orang, termasuk kita memiliki modalitas belajar dan gaya belajar yang berbeda. Dalam praktik pembelajaran kita tidak diperkenankan menggunakan gaya belajar  sebagaimana yang kita sukai. Bila ini kita paksakan, siswa yang berbeda kecenderungan dari kita akan merasa dirugikan. Untuk itulah kita harus mengenali gaya belajar siswa dan akhirnya bisa kita gunakan dalam proses mengajar.
       Pada umumnya jarang orang menggunakan satu macam gaya belajar, biasanya akan ada kombinasi. Untuk itulah hendaknya kita mampu mengkombinasikan berbagai gaya belajar. Bila kita perhatikan di dalam kelas, kita akan melihat kecenderungan guru menggunakan satu cara dalam mengajar. Guru mengajar menggunakan media papan tulis (visual), mengajar menggunakan buku (visual). Sementara siswa juga belajar dengan buku (visual), mencatat (visual), mengerjkan tugas secara tertulis (visual), dan mengerjakan tes juga secara tertulis (visual). Karena hanya menggunakan satu gaya belajar, akhirnya timbullah beragam masalah yang menyebabkan kurangnya motivasi dan aktivitas belajar siswa. Padahal anak belajar melalui apa yang ia lihat, dengar, dan sentuh. Semakin mengenal baik modalitas belajar, kita akan semakin mudah dan percaya diri dalam menguasai keterampilan dan konsep-konsep hidup. Bagi guru yang ingin sukses di masa mendatang, sangat penting untuk mengetahui apa yang ada di kepala murid-murid mereka. Perlu juga mengetahui perlakuan apa yang mereka butuhkan. Pengetahuan guru tentang gaya belajar akan membantu untuk menciptakan lingkungan belajar yeng multi inderawi yang baik untuk kebutuhan hidup setiap siswanya. Dengan memanfaatkan konsep keragaman dan menerima gaya belajar yang berbeda, para guru akan menjadi lebih efektif dalam menentukan strategi-strategi pengajaran dan murid akan belajar dengan lebih percaya diri dan lebih menikmati proses belajar mereka.
       Data hasil penelitian menunjukkan bahwa dengan memperhatikan modalitas belajar siswa hasil belajar siswa akan lebih baik dibandingkan dengan ketika kita membelajarkan siswa tanpa memperhatikan modalitas belajar. Hal tersebut terjadi pada semua tingkatan dan semua mata pelajaran, bukan merupakan dominasi tingkat sekolah tertentu serta mata pelajaran tertentu. Keadaan tersebut membuktikan bahwa sebenarnya tidak ada anak yang bodoh, yang ada hanyalah anak yang belum menemukan gaya belajar sesuai dengan modalitas yang dimilikinya, serta guru yang kurang memperhatikan modalitas belajar siswa sehingga pembelajaran terasa dipaksakan.

       Sesuai dengan gaya berpikir kita di mana ada dominasi otak kanan dan otak kiri, kita perlu mengatahui di mana kecenderungan berpikir kita. Hal ini sangat penting mengingat kecenderungan berpikir yang berhubungan dengan dominasi otak kanan atau otak kiri akan sangat menentukan bagaimana kita belajar. Gaya mengajar kita akan dipengaruhi oleh gaya belajar kita, sehingga dengan kita mengetahui cara berpikir kita, kita dapat menentukan gaya mengajar yang sesuai untuk anak didik kita. Kita perlu terus melatih cara berpikir kita sehingga akan memperbaiki kualitas kinerja kita sebagai pendidik. Dengan memahami modalitas belajar dan cara berpikir kita dan orang-orang di sekitar kita, akan lebih mudah bagi kita para guru untuk memberikan layanan terbaik.

Penyusun : 
Ariyati, S.Pd. (Kepala Sekolah SD Negeri Pucang)

Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan

Perubahan system pendidikan di Indonesia sangatlah dinamis. Pendidikan kita  menganut system terbuka sehingga harus selalu menyesuaikan dengan perubahan dan dinamika sosial yang terjadi di masyarakat, baik itu system politik, ekonomi, sosial dan kebudayaan. Proses pendidikan merupakan sebuah perjalanan sejarah di dalam suatu negara yang selalu menerapkan mekanisme adaptasi untuk perubahan kea arah yang lebih baik. Kekuatan yang lain pada satuan pendidikan dan perencanaan kurikulum adalah perubahan nilai stryktur dari masyarakat itu sendiri.
            Perencanaan dan  pengembangan kurikulum umumnya bereaksi terhadap keberadaan data atau informasi yang berhubungan dengan pembelajaran. Di sekolah tradisional biasanya system informasi lebih dari informasi itu sendiri. Pertimbangan lain untuk perencana kurikulum yang berhubungan dengan perlakuan pengetahuan adalah di mana individu belajar aktif untuk mengumpulkan dan mengolah informasi, mencari fakta dan data, berusaha belajar tentang sikap, emosi, perasaan terhadap pembelajaran, proses informasi, memanipulasi, menyimpan, dan mengambil kembali informasi tersebut untuk dikembangkan dan digunakan dalam kegiatan merancang kurikulum yang disesuaikan dengan perkembangan ilmu pengetahuan.

            Pemerintah pusat perlu merumuskan dan menetapkan kurikulum standar bersifat nasional (standar kompetensi dan kompetensi dasar) yang berfungsi sebagai acuan untuk pengembangan kurikulum pada tingkat satuan pendidikan/sekolah. berkaitan dengan hal tersebut pihak daerah maupun sekolah bertugasmengembangkan Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan sesuai dengan kondisi, kebutuhan, dan kemampuan daerah maupun sekolah yang bersangkutan. Oleh karena itu, perencanaan atau desain kurikulum baik berupa silabus maupun rencana pelaksanaan pembelajaran perlu dikembangkan secara spesifik, efektif, efisien, relevan, dan komprehensif.

Penyusun : 

Ariyati, S.Pd. (Kepala Sekolah SD Negeri Pucang)